Sabtu, 02 Juni 2012

Part II

Hoaaaaaammmmmmm, sorry nih waktu aku tulis catatan anak pintar ini dipagi hari soalnya baru bangun tidur. Mana di pipi ku masih berkerak iler yang ku tampung semalam, alaaaah tak peduli namanya seorang penulis tak mengenal itu pagi, itu siang, itu malam yang penting semua di jalani untuk tidur (gubryaaakkkksss).
Okeeeee aku lanjutkan cerita dari judul "Beli Satu Dapat Satu".

Ehhmmmmmm. . .
Sebentar aku ingat dulu, beri waktu 1 jam?

Setelah terpesona dengan wajahnya (gusti Allah kulo nyuwun ngapuro), lalu mempersilahkan dia duduk di kuda besi ku yihaaaaaaaa. . . Kebetulan aku ada helm dua, yang helm baru aku pinjemin ke dia "sumpah sebenarnya aku gak tega meminjamkan helm baru ku tapi demi cinta aku serahkan semuanya, asal perabotan pribadiku gak aku serahkan" lalu keceplosan aku bilang gini "itu helm baru. awas tergores ganti baru" padahal di hatiku berbeda pendapat "yessss, orang yang pertama pakai helm baru ku adalah bidadari, sumpah gak akan aku cuci wangi rambut yang sudah melekat di helm selama 7 thn, 7 bln, 7 hari, 7 jam, 7 menit, dan 7 detik" hahahahahaha. . .
Lalu aku pulang dengannya, di motor sengaja spion motor aku arahkan kebelakang tepat bisa melihat wajahnya (gusti Allah kulo nyuwun ngapuro), malah yang terjadi helm baru ku menutup wajahnya. . . "Andai tadi tak aku pinjamkan helm" huhuhu. . .
Diperjalanan banyak hal yang menarik terjadi, dari hal yang aku pikir si dia wanita manja atau pikiran negatif lainnya ternyata salah. Dia orangnya asyik, simple, tapi yang anehnya kalau dia ketawa mulutnya ditutup "apa mungkin di giginya ada kulit cabe yang ukurannya satu hektar ya! !". Banyak yang aku ceritakan dengannya, dari pengalaman pribadiku sampai aku nanya ke dia kenapa sekolah harus jauh2 padahal sekolah ku lebih bagusan dari sekolahannya."Berharap dia terbujuk lalu pindah ke sekolah ku, tapi sayang aku sudah kelas 3".
Di perjalanan aku dengan dia berada di posisi depan sedangkan teman2 ku berada dibelakang, ibarat sang raja dengan permasuri di depan lalu di ikuti prajurit dibelakangnya xixixixixi. . .

Indahnya pada saat itu, suara bising kendaraan lain ibarat sebuah lantunan melodi biola mengiri perjalanan kami.
Geronjal perjalanan aspal, seakan aku mengandarai sebuah kuda dan dia memeluk erat tubuhku seakan tak mau aku pergi.
Sore yang indah seakan matahari setuju tak mau meperlihatkan dirinya untuk membakar kami.
Wangi asap kendaraan motor, bak kami berjalan ditaman bunga yang elok dan wangi.
Semua suasana itu seakan menghidupkan sebuah rasa yang dulu tak pernah bearti.
Karena aku dan sampai terus berharap walau tak akan mudah untuk selalu bersama. .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar